Get paid To Promote at any Location

Sabtu, 28 Maret 2009

Dagelan Ahmad Dhani dan Cak Imin

Fiuuh...terpaksa saya menjadi super-sinis, ketika Ahmad Dhani disebut-sebut sebagai calon kuat cawapres yang akan mendampingi Cak Imin (Muhaimin Iskandar). Bukan karena sentimen terhadap kedua publik figur ini. Bukan!! Sama sekali tidak. Super-sinis itu lahir karena sebuah refleksi psikologis yang tiba-tiba saja berkata begini: "Apa tidak salah?"

Begini ya, ada pepatah Melayu berbunyi: "jangan hidung tak mancung pipi didorong-dorong pula". Artinya, lantaran hidung kita pesek, pipi pun didorong-dorong supaya tambah ndelesek sehingga si hidung tampak kelihatan mbangir (mancung). Artinya, apa. Jika memang hidung kita pesek, jangan sok mbangir dong. Dengan kata lain, operasi plastik lah, biar keliatan mbangir.

Jika dinisbatkan pada mereka berdua, jelas imej mereka belum cukup mbangir untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin tertinggi bangsa ini. Ahmad Dhani, jelas figur musisi kontroversial, yang sekalipun cerdas dalam bermusik tapi punya banyak cacat imej di mata masyarakat.

Begitu pula Cak Imin. Betapa tidak, selain jadi "musuh" Gus Dur, di kalangan internal Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) saja--tempat di mana ia pernah menjadi Ketua Umum--dicibir sebagai kader PKB yang super medit (pelit). Ia pun diberi cap stempel oportunis ulung dan angkuh di dalam sebagian kalangan NU. Di luar NU, jelas ia bukan siapa-siapa.

Nah, dengan takaran imej yang semacam itu, jika mau jujur mereka pasti sudah bisa mengukur diri untuk sebaiknya "balik badan" sebelum bertarung. Tapi ya sudahlah. Ini kan negeri demokrasi. Siapapun berhak mencalonkan diri jadi apapun juga, selagi lolos persyaratan administratif dan punya uang untuk membiayai pencalonan itu. Tapi, ya itu tadi, apa tidak mubazir membuang-buang energi dan uang untuk sebuah pepesan kosong?

Jadi, operasi plastik dulu lah. Kalian masih muda. Masih banyak waktu untuk membangun imej yang lebih positif. Siapa tahu, lima tahun ke depan, imej kalian sudah tampak lebih mbangir ketimbang sekarang.

Tampaknya, apa yang melanda Ahmad Dhani itu pula yang terjadi di kalangan caleg-caleg anyar kita, yang entah datang dari mana, tiba-tiba mempermak diri sebagai calon pemimpin bangsa. Duh, mengapa mereka tak mencermati pepatah melayu tadi.

"Hush, sudah....sudah. Tak perlu panjang lebar. Ngapain juga kamu bersusah-payah menganalisis dagelan politik semacam ini," tiba-tiba suara hati meminta saya untuk berhenti menulis.

Ya sudah. Semoga saya tak dianggap mendorong-dorong pipi dan diliat sok kepedean lantaran menulis curhat politik ini.

sumber:

http://politikana.com/baca/2009/03/27/dagelan-ahmad-dhani-dan-cak-imin.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar