Get paid To Promote at any Location

Jumat, 27 Maret 2009

Siapa Dalang Penembakan Nasruddin


Ilustrasi "Siapa Dalang Penembakan Nasruddin" (GATRA/Ardie)Suasana duka masih menyelimuti PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) hingga Selasa lalu. Para karyawan di salah satu "cucu" perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) itu tak menyangka harus kehilangan pemimpinnya, Andi Nasruddin Zulkarnaen, begitu cepat. Terlebih lagi, pria yang menjabat sebagai Direktur PRB sejak enam bulan lalu itu meninggal setelah ditembak orang tak dikenal, Sabtu pekan lalu. "Karyawan sangat kehilangan Pak Nasrudin," ujar Uus, seorang pegawai PRB.

Nasruddin ditembak di atas mobil BMW warna perak, bernomor polisi B-0191-E miliknya. Dia ditembak ketika melintas di Jalan Hartono Raya, Kelapa Indah, tak jauh dari kompleks Metropolis Town Square, Tangerang, Banten. Pada saat itu, Nasruddin baru saja usai bermain golf di lapangan golf Modernland, Cikokol, Tangerang. Dia ditembak dua orang tak dikenal dari atas motor, yang menguntitnya sejak keluar dari lapangan golf. Dua butir timah panas disarangkan pelaku di kepala bagian kiri bapak tiga anak kelahiran Makassar, 12 Desember 1968, itu.

Nasruddin meninggal setelah sempat dirawat sehari di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Dia kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga di Makassar, Senin lalu. "Kami sangat shock karena dia penopang hidup keluarga dan boleh dikata sebagai sosok seorang ayah," kata Andi Syamsuddin, adik Nasruddin.

Menurut Andi Syamsuddin, pihak keluarga yang kebanyakan berada di Makassar langsung berangkat ke Jakarta setelah mendapat kabar tentang tertembaknya Nasruddin. Pihak keluarga, Andi Syamsuddin melanjutkan, berharap kepolisian segera mengungkap aktor di balik aksi keji itu. "Kami tidak ingin kejadian ini berlarut-larut sehingga menimbulkan dugaan ke mana-mana," kata Andi Syamsuddin kepada Gatra.

Pihak kepolisian pun langsung memburu para pelaku penembakan itu. Menurut Kapolres Tangerang, Kombes Hamidin, polisi masih terus mencari saksi-saksi lain yang diduga mengetahui kejadian penembakan itu. Hingga kini, sudah 12 saksi yang diperiksa, termasuk sopir korban, Sutarmin, dan seorang saksi pemilik motor Yamaha Scorpio, yang diduga digunakan para pelaku. Polisi juga melakukan olah tempat kejadian perkara untuk mengetahui kejadian penembakan tersebut.

Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya, Kombes Muhammad Irawan, para pelaku, khususnya yang melakukan penembakan, diduga adalah orang yang profesional dan cakap menggunakan senjata api. "Dari atas motor, pelaku bisa menembak dari dekat dan tepat sasaran dengan kecepatan tinggi," ujar Irawan. Seorang pejalan kaki yang menyaksikan peristiwa itu melihat betapa tenangnya pelaku memasukkan kembali senjatanya usai menembak korban.

Namun, Irawan melanjutkan, hingga kini polisi belum bisa menentukan motif pembunuhan itu, apakah terkait persaingan bisnis atau ada unsur dendam. Pihak kepolisian telah meminta keterangan keluarga korban terkait berbagai motif yang melatarbelakangi penembakan itu. Menurut Irawan, polisi masih menunggu kondisi yang tepat untuk mengambil keterangan dari sang istri, Arinda Irawati. Istri kedua Nasruddin ini diduga mengetahui banyak tentang kondisi terakhir suaminya. "Kami masih mencari motif penembakan itu. Sementara kasus ini masih kriminal murni," kata Irawan.

Sejumlah motif terkait pembunuhan Nasruddin memang bermunculan. Namun motif paling kuat justru dikemukakan keluarga korban. Menurut kakak ipar korban, Purwanto, keluarga menduga, kematian Nasruddin ada hubungannya dengan posisi yang diduduki Nasruddin sejak Agustus lalu. Purwanto menduga, ada orang yang tidak senang atas sepak terjang Nasruddin membersihkan korupsi di dalam perusahaan. "Adik ipar saya termasuk orang yang bersih. Kemungkinan dia dipandang berbahaya oleh orang-orang yang tidak menyenanginya," tutur Purwanto.

Adik kandung Nasruddin, Andi Syamsudin, mengaku menerima keluhan kakaknya dua hari sebelum kejadian penembakan itu. Pada saat itu, menurut Andi Syamsuddin, Nasruddin mengungkapkan persoalan di internal kantornya, menyangkut masalah keuangan yang melibatkan pimpinan di tingkat direksi kelompok perusahaan PT RNI. Bahkan ia mengaku mendapat ancaman dari orang yang diduga tidak senang pada Nasruddin. "Dia punya kedudukan penting yang bisa dikategorikan pimpinan. Istri korban tahu lebih banyak tentang informasi ini," kata Andi Syamsuddin.

Persoalan keuangan yang diduga melibatkan seorang direksi di PT RNI itu diketahui beberapa pekan setelah Nasruddin diangkat sebagai Direktur Utama PRB. Sehingga Andi Syamsuddin menduga kuat, bukan tidak mungkin korban sengaja dihilangkan atau dibunuh agar tidak membeberkan kasus yang melilit pejabat bersangkutan.

"Kalau masalah keluarga, saya pikir terlalu jauh mengarah ke sana, sekalipun korban punya dua istri. Hubungan istri pertama dengan istri kedua korban akur-akur saja," ujar Andi Syamsuddin.

Menurut penilaian dia, penembakan itu juga dilakukan secara terencana. Dari kronologi kejadian yang didapatnya dari polisi, Andi Syamsuddin menduga, pelaku yang ditengarai sebagai penembak profesional itu mengetahui aktivitas korban sehari-hari. Sehingga, pada saat kejadian, pelaku dengan mudah menguntit korban sejak keluar dari lapangan golf.

"Meski begitu, kami tetap menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus ini kepada pihak kepolisian. Kami berharap, kasus ini diungkap tuntas," kata Andi Syamsuddin. Selain membeberkan kemungkinan motif pelaku, Andi Syamsuddin yang juga diperiksa sebagai saksi mengaku telah menyerahkan beberapa barang bukti, yang diduga terkait kasus penembakan kakaknya itu. Antara lain ponsel milik korban yang berisi sejumlah pesan singkat (SMS) bernada ancaman.

Pihak RNI sendiri menyerahkan penyelidikan kasus ini kepada pihak kepolisian. Menurut Direktur Utama PT RNI, Bambang Triono Basuki, jajarannya siap membantu pihak kepolisian dalam menyelidiki kasus penembakan salah satu pimpinan teras di "cucu" perusahaan RNI itu. Dalam konferensi pers yang digelar Senin lalu, Bambang menolak dugaan keterkaitan masalah internal di RNI sebagai salah satu motif pembunuhan terhadap mantan staf ahli bidang otonomi daerah Direktur Utama RNI itu.

Karena itu, Bambang mengimbau masyarakat untuk tidak mengembangkan praduga berdasarkan asumsi-asumsi yang tak berdasar. "Kami sendiri siap dipanggil kepolisian untuk memberikan keterangan jika dibutuhkan," ujar Bambang.

sumber:
http://www.gatra.com/artikel.php?id=124374

Tidak ada komentar:

Posting Komentar