Get paid To Promote at any Location

Selasa, 21 April 2009

Wanita di Zona Perang: Jadi Tentara atau Jadi Penghibur

Helen Benedict bercerita tentang pengalaman para wanita yang dikirim ke daerah konflik seperti Irak serta daerah lainnya. Artikel ini diadaptasi dari bukunya The Lonely Soldier: The Private War of Women Serving in Iraq seperti diberitakan diberitakan oleh BBC.

Sejak tahun 2003, lebih dari 20600 tentara wanita di tugaskan ke Timur Tengah, 600 diantara mereke terluka dan 106 orang meninggal

Wanita yang berada di daerah konflik ini ditempatkan diantara tentara pria. Biasanya dalam satu pleton hanya terdapat sedikit sekali wanita bahkan dalam satu pleton hanya terdapat satu orang wanita yang bertugas.
Berada ditengah-tengah situasi yang sangat tidak bersahabat akan mendatangkan berbagai masalah bagi para tentara wanita ini.

Dalam rentang 2006 hingga 2008 sebanyak 40 orang wanita yang pernah bertugas di Irak berbicara mengenai pengalaman mereka selama perang. Dua puluh delapan orang dari mereka mengaku mengalami kekerasan seksual termasuk pemerkosaan selama betugas. Selain itu berdasarkan penelitian pihak militer sendiri, ditemukan sebanyak 30% wanita yang mengalami pemerkosaan, 71 % mengalami penyerangan secara sexual, serta 90 % mengalami gangguan sexual. Departmen pertahanan juga menyebutkan bahwa terdapat 90% kasus yang tidak pernah dilaporkan. Departmen pertahanan mengatakan bahwa sejak tahun 2005 telah dibuat sistem pengaduan yang disebut "climate of confidentiality" yang akan menerima laporan dari para korban pelecehan tanpa harus khawatir tidak dipercaya, disalahkan, ataupun dihukum. Kendati demikian, walaupun demikian, sejak tahun 2005 kasus ini tetap terjadi.

CHANTELLE HENNEBERRY, masih berusia 17 belas tahun saat pertama kali dikirim ke Irak. Dia mendapatkan perlakuan kekerasan dari atasannya, karena tidak kuat menghadapi atasannya, dia melaporkan perbuatan atasannya tersebut. Tetapi setelah atasaannya tersebut kemabali dia malah dipindahkan ketempat lain dimana disitu terdapa 1500 orang tentara dan hanya terdapat kurang dari 18 orang wanita yang bertugas disana.

MICKIELA MONTOYA, 19 tahun pada saat pertama bertugas. Dia mengatakan bahwa wanita dikirim bukan untuk berjuang tetapi untuk menjadi "pemanis" sehingga para tentara pria tetap sehat dan bersemangat. Dia juga mengatakan bahwa dulu di Vietnam para tentara memiliki psk untuk mereka, tetapi di Irak PSK tidak tersedia sehingga mereka mengganngu tentara wanita.

MARTI RIBEIRO, pernah bertugas di Afganistan dan dianiaya pada saat bertugas. Menurutnya militer mempunyai cara yang membuat orang yakin bahwa para wanita itu datang atas kemauan sendiri. Dia mengatakan bahwa butuh satu tahun untuk meyakinkan dirinya bahwa semua bukan kesalahannya.

Jadi apa ya maksud dan tujuan Amerika mengirim tentara wanita untuk bertugas jauh-jauh ke medan perang? Persamaan genderkah?

sumber:
http://www.blogagung.co.cc/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar